Sabtu, 17 November 2018

aku berlarian di antara tapak-tapak kaki sang malam. gemericik nyala bintang tak mampu membuatku landaikan hati di atas hamparan bumi rafflesia. aku terperangkap kabut kelam. diam. diam dalam lamunan.
andai aku bisa terbang. kan kulintasi telaga langit. tenggelam di dalamnya. menembus awan. mencuri bintang. merampas bulan. ku simpan sebagai penunjuk jalan. sebagai lentera yang berpijar terang. sangat terang.
mencari mentari. terbang mencari mentari. aku ingin menjemput pagi. ku yakin ada kamu di sudut awal hari. di balik indahnya gapura pagi. lewati batas mimpi. mimpi yang setia menjadi bingkai imajinasi.
kamu. tujuanku adalah kamu.tahukah kamu, duhai arimbiku? bening matamu lebih berkilau dari kumpulan tetes embun yang pernah kutemui. renyah tawamu lebih riang dari kelompok burung gereja yang pernah aku dengar dengan telingaku sendiri. lembut sapamu lebih hangat dari sinar mentari yang pernah aku resapi.
ah, betapa semua itu selalu kurindui. setiap pagi membuka hari hingga malam menutup senja. setiap bintang mengerjapkan cahayanya. setiap bulan hembuskan lenteranya. aku berkalang rindu. rindu yang saling berkelebat di setiap penjuru malamku.